Cerita Cinta
Friday, October 15, 2004
 
Cinta dan Kesetiaan 7 (Bromo in Love)
Setelah kita jadian sore hari itu, aku juga semakin berani menunjukkan perasaan dan perhatianku layaknya pacar seperti orang yang lainnya. Akhirnya waktu 2 minggu juga tak terasa telah terlewati dan tiba waktu liburan setelah ujian. Selama waktu berlangsung sejak kita jadian, sejujurnya aku tidak pernah merasakan dan memikirkan tentang syarat-syarat aku jadian dengannya.

Sampai suatu malam aku kembali ke tempat kosnya, dan dia tiba-tiba mengajukan usul untuk pergi ke Bromo untuk berlibur. Sejujurny aku ingin pergi, namun kondisi keuanganku yang tak pernah jelas, memaksaku untuk menolaknya. Meski Lia sudah berusaha membujuk dan merayuku berkali-kali bahkan sampai ngambek kepadaku, aku tetap bersikukuh untuk tidak berangkat.

Akhirnya akupun luluh saat dia menangis sambil berkata "Aku ke Bromo hanya ingin berlibur bersama kamu mas. Tapi kalau aku ke Bromo dan kamu gak ikut, lalu ngapain juga aku berangkat?" tegasnya. akupun terharu mendengar apa yang dikatakannya, dan akupun pura-pura tetap gak mau berangkat meski aku sudah berubah pikiran.

Lalu aku bilang padanya, "apa yang akan bisa kamu lakukan biar aku mau berangkat?" tanyaku. Kemudian dia bilang "Cium ya..." polos dia berkata tanpa malu.
"Boleh... tapi harus seratus kali, mau...???" tanyaku
"Haaaa seratus, bisa jontor bibirku" tanyanya.
"Ya terserah mau apa tidak?" tanyaku.
Akhirnya dia mau juga mencium kedua pipiku sebanyak seratus kali, limapuluh pipi kiri dan lima puluh pipi kanan.

Setelah kesepakatan terjadi, akhirnya aku pulang dengan diakhiri dia cium tanganku (seperti yang kuajarkan), untuk mempersiapkan keberangkatan kami besok pagi

Besok paginya akhirnya kami berlima (aku dan Lia, Maya dan Habib ditambah seorang lagi Liong) berangkat sekitar jam 9 pagi. Dengan menggunakan kendaraan angkutan umum (mikrolet) menuju terminal Arjosari, kami naik bis ke arah Probolinggo yang kemudian diteruskan dengan naik Colt Bison. Sekitar jam setengah tiga kami sampai di Gunung Bromo (disapa hawanya yang dingin) dan langsung menyewa 2 kamar di penginapan sederhana. Aku sekamar dengan Lia, Maya dengan Habib, sementara Liong berpindah-pindah tidurnya. Kami sengaja memilih kamar yang double bed, sehingga bisa dibagi-bagi tempat tidurnya.

Sebelum kami naik ke gunung Bromo, kami berlima istirahat untuk mengumpulkan tenaga setelah sebelumnya ngobrol-ngobrol dan bercanda berlima. Sekitar jam 8 kami sudah diam di kamarnya masing-masing, setelah sebelumnya makan malam dan belanja keperluan seadanya. Kali ini Liong tidur di kamarnya Maya, jadi aku hanya berdua dengan Lia di kamar itu. Sejak merebahkan tubuhku, aku memang belum bisa tidur sampai waktu menunjukkan jam 10 malam. Hawa dingin membuat kami diam dalam selimut masing-masing dan tanpa bicara. Sampai suatu saat Lia memanggilku.

"Mas dingin ya di sini" "iya" kataku pelan.
"Mending kasurnya digabung aja mas biar lebar" pintanya.

Tanpa diminta dua kali, aku sudah bangun dan menggeser tempat tidurku ke arah tempat tidurnya. Setelah sudah menjadi satu Lia kembali berkata "Mas selimutnya didobel aja biar gak dingin, dan kamu bobo' sama aku ya" pintanya lagi.

Aku hanya menganggukkan kepala dan segera beringsut masuk ke dalam selimut yang sudah dobel itu. Memang hawanya langsung tidak terasa seberapa dingin lagi. Akupun memeluk Lia dari belakang, sambil mencium lembut tengkuknya. Lama kami diam dan berusaha tidur, sampai Lia tiba-tiba memecahkan keheningan dengan katanya.

"Mas masih ingat gak syarat-syarat kita jadian dulu?" tanyanya.
"Ya" jawabku singkat.
"Aku heran ya mas..." katanya pelan.
"Kenapa?" tanyaku.
"sebelum kita jadian, sumpah aku hanya sayang ke kamu sebagai teman. Tapi ternyata belum satu bulan sejak kita jadian, bahkan baru dua minggu ya. Aku kok sudah merasa sayang banget ke kamu sebagai pacar" katanya sambil memeluk lenganku yang ada di perutnya.
"Sudahlah gak usah dipikirkan, berarti aku sudah bisa embuat kamu sayang ke aku sebagai pacar kan. Berarti waktu percobaan itu sudah bisa dibatalkan kan? dan kita resmi pacaran tanpa waktu percobaan" kataku menenangkannya.
"Iya" jawabnya pelan sembari membalikkan badannya ka arahku. Sehingga wajahku berhadapan dengan wajahnya.

Aku kemudian mencium keningnya, dan mempererat pelukanku. Saat aku memandangnya sambil berkata "Resmi pacaran ya berarti" godaku.
Lia rupanya merasa malu, dan dia menelusupkan kepalanya ke arah bahu dan leherku. Aku diam saja, sambil terus memeluk dan mengusap rambutnya. Tak sadar kami tertidur dan dibangunkan Maya sekitar jam 1 pagi. Aku baru sadar kalau kita berdua tertidur dengan posisi saling memeluk, sampai kami dibangunkan itu. Dan terasa tanganku sedikit ngilu, karena semalaman ditindih tubuh Lia.

Akhirnya kami bangun dan segera berjalan menuju Gunung Bromo. Sekitar jam 4 pagi kami sampai di puncak Bromo. Dan jam 7 pagi kami sudah sampai di restoran penginapan untuk makan pagi. Sebelum kami keluar dari hotel untuk pulang, sekitar jam 9 kami tidur kembali di kamar masing-masing. Namun sialnya, Liong bekali-kali mengganggu kami dengan mengetuk-ngetuk kamar kami. Saat dibuka, ternyata dia mengajak ngobrol. Setelah ngobrol sekitar 10 menit, Liong pergi dan kami akan tidur lagi. Namun belum juga bisa tidur, liong kembali datang mengulangi ulahnya, sampai berkali-kali. dan karena kesal, akhirnya kami tetap tidur dan mengacuhkan ketukan Liong di pintu.

Akhirnya jam 12 siang kami keluar dari hotel dan segera pulang. Namun dalam perjalanan kami pulang, aku sempat berjanji dalam dan kepada diriku sendiri, bahwa suatu saat aku akan kembali ke Bromo, entah bersama Lia atau yang lainnya, ataupun kalau memang harus sendiri. Janji itu lahir karena di Bromo itulah, Lia mengutarakan perasaan sayangnya padaku, dan sebagai hari wisudaku karena telah lulus dalam ujian melahirkan rasa sayangnya padaku sebagai pacar.

Bromo... disana cinta tertambat, disana pula cinta tercampak... aku akan kembali kelak...



<< Home

Powered by Blogger