Cerita Cinta
Thursday, October 14, 2004
 
Cinta dan Kesetiaan 3 (Puisi Cinta)
Akhirnya malampun tiba setelah lelah berjalan berwisata ke air terjun (coban) di Kota Batu yang dingin. Kali ini materi diklat cukup padat, dan acara akhir hari kedua itupun berbentuk tugas untuk membuat puisi yang harus dikumpulkan agar calon anggota baru bisa segera tidur.

Aku dan 6 orang divisi keamanan masih saja terus bercanda dan menikmati api unggun di luar kelompok belajar itu. Namun tak lama kemudian gank centil itu mulai mendekati kami dan langsung merubung temanku yang bernama Hengki untuk minta dibuatkan puisi. Maklum, temanku yang asli Madiun itu memang orangnya sudah terkenal puitis, meski sama denganku namun tulisan-tulisanku kebanyakan hanya kunikmati sendiri atau diketahui kalangan yang terbatas. Sehingga Imageku sebagai salah satu Singa Kampus tidak ada embel-embel seorang pujangga (yang gak jelas).

Karena merasa order terlalu banyak dan sudah capek untuk melayani permintaan gank centil itu, Hengki ambil inisiatif untuk menyarankan beberapa anggota gank centil itu untuk meminta bantuan orang lain. Dan lagi-lagi Hengki yang tahu dan kenal aku, mengusulkan aku untuk membantu membuatkan puisi. Seperti biasa, aku tidak mau membantu mereka dengan alasan tidak bisa membuat puisi. Namun karena Hengki terus meyakinkan gank centil itu aku bisa dan mampu buat puisi, akhirnya gank centil itu terus memaksaku.

Akhirnya setelah tak punya alasan lagi, aku bersedia untuk membantu membuatkan 2 puisi untuk genk centil itu. Satu puisi untuk seseorang yang dipanggil Liong, dan satu orang lagi (gak tau kebetulan atau gak) itu adalah Lia. Saat membuatkan puisi Liong, aku membuatnya sekenanya saja, aalkan keliatan seperti puisi, sementara untuk Lia aku benar-benar berusaha menunjukkan perasaanku padanya meski secara halus sangat tersamar.

Cemara-Cemara

Cemara malam cemara sayang
Mengapa kini kau masih tetap bergoyang
Adakah hatimu gundah menatapku
Mencoba menggapaimu dengan segala dayaku

Tak percayakah kau padaku
Bahwa aku juga mampu
Tuk bahagiakan dirimu
Meski kau tidak datang paling dahulu

Cemaraku beku cemaraku malang
Bukalah hatimu untukku
Karena hati ini begitu merindu
Untuk sebuah lembut sapa nan riang

Terlalu lama hidupku kelam
Terlalu keras hidupku tertempa
Sejujurnya aku sudah merasa terajam
Karena selalu ingin bersua dan tak bisa

Cemaraku hitam cemaraku hilang
Kalau seandainya aku kan pergi
Adakah kau takkan sepi
Karena tak ada lagi yang membuatmu goyang

(Note : Special for Lia)


Dia ucapkan terima kasih dan memuji betapa puisiku begitu bagus tetapi sulit dimengertinya. Aku katakan saja itu puisi asal-asalan. lia kemudian membnatah dan menyatakan kalau dia merasa ada sesuatu maksud yang tersirat dalam puisiku yang dia idak tahu untuk siapa, tentang apa dan bagaimana mengetahuinya.

Karena terus dipaksa untuk bercerita apa maksud dari puisiku itu, Akhirnya aku malah bercerita kepadanya di depan api unggun berdua (sementara yang lain sibuk buat puisi), aku bercerita tentang bagaimana perasaan terluka harus menerima semua kondisi hidupku (keluarga, cinta dan sebagainya) dan tentang hidupku yang keras yang harus kujalani setiap harinya. Tak kusangka saat aku bercerita itulah, pandangannya tak pernah lepas dari wajahku sampai kadang aku merasa jengah dan minder. Namun aku sadar dia mulai tertarik untuk mengetahui dan lebih kenal dengan aku. Karena itulah aku harus kuat dan membuatnya benar-benar kenal dengan aku.

Saat aku sduah selesai cerita semuanya, dia hanya berkata bahwa pasti akan ada sesuatu yang lebih baik untuk aku daripada yang telah pergi saat ini. Kemudian dengan pamit berupa senyuman dia pergi untuk masuk tenda dan tidur. Dan tinggal aku dengan semua perasaan yang sudah kuaduk-aduk hingga tak tahu apalagi yang terasa saat itu. Aku putuskan ambil gitar dan bernyanyi meski temanku yang lain memilih diam dan melamun tentang gank centil itu.

Sampai 1 jam sudah tak terasa aku sudah bermain gitar dan bernyanyi lagu-lagu yang punya keterikatan emosi denganku. Higga tak sadarpun aku tertidur di depan api unggun hingga besok paginya aku bangun, dengan kondisi sudah terselimuti selimut hangat dan wangi, yang kutahu milik seorang dara bernama Meilia Zatu Rachmawati.



<< Home

Powered by Blogger